Memandang deburan
ombak memecah fajar. Hamparan pasir berbisik menyembunyikan suatu rahasia,
rahasia tentang aku, kau, dan mereka, yang sampai saat ini masih tersimpan di
setiap butirannya. Matahari tersipu di balik bukit itu, masih enggan untuk
menyapa kehadiranku di pantai ini. Suasana yang tak akan sering aku jumpai di sana. Pesona
langit jingga bahkan mengalahkan kecantikan bidadari. Kupejamkan mata dan
mencoba menghirup udara kebebasan, kebebasanku tentang banyak hal. Kebebasanku
tentang melihat apa yang ingin aku lihat dan melakukan apa yang ingin aku
lakukan, termasuk keberadaanku di sini yang tanpa ijin orang tuaku, bukan ijin
tapi memang mereka tidak tau, haha, durhaka mungkin, tapi inilah bagaimana
caraku untuk menyentuh kebebasan itu. Bukan waktunya memang, tapi,,, masa muda…
hahaha *jitak*
Terbayar sudah peluh
semalam. Pilu itu sudah aku lupakan, untuk sementara. Lucu juga mengingat
bagaimana aku tidur semalam, hanya beralas kursi rotan dengan kulit menyentuh
udara bebas di tepian pantai, tas beralih fungsi menjadi penyangga kepala. Tak
bisa kubayangkan seandainya orang tuaku tau, entah apa jadinya diriku sekarang.
Tapi nikmatilah masa mudamu nak, itu salah satu suara berontak dalam jiwa.
Wajar atau tidak sepertinya bukan hal yang harus dipikirkan sehari semalam.
Tiga puluh tiga
kilometer itu sudah aku lalui, ya, dengan segala pengorbanan memang. Tidak
mudah mengayuh sepedamu hingga membawamu ke tempat ini, tempat sekarang aku
berpijak, di atas ribuan butir kilau pasir.
Sama seperti
perjalanan kita hingga sampai di tempat ini, tempat sekarang kita berpijak, di
atas ribuan cerita dan canda tawa. Jika kau ingat, kita harus melewati jalan berbukit
itu untuk sampai di sini. Tak peduli seberapa sering aku mengeluh, seberapa
sering aku ingin berhenti, seberapa sering aku ingin kembali. Kau tetap pada
pendirianmu untuk meyakinkanku bahwa aku akan menemukan diriku yang lain di
sana. Menemukan senyum
setelah tangis.
Kurasa kau benar, tak ada sesal setelah aku melewati tiga puluh
tiga kilometer itu. Bahkan aku tidak hanya menemukan senyum itu, tapi senyummu
juga :)
Hariku
Bersamanya, Parangtritis 121111
12
November 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar