Sabtu, 01 September 2012

Tiga Puluh Tiga Kilometer


Memandang deburan ombak memecah fajar. Hamparan pasir berbisik menyembunyikan suatu rahasia, rahasia tentang aku, kau, dan mereka, yang sampai saat ini masih tersimpan di setiap butirannya. Matahari tersipu di balik bukit itu, masih enggan untuk menyapa kehadiranku di pantai ini. Suasana yang tak akan sering aku jumpai di sana. Pesona langit jingga bahkan mengalahkan kecantikan bidadari. Kupejamkan mata dan mencoba menghirup udara kebebasan, kebebasanku tentang banyak hal. Kebebasanku tentang melihat apa yang ingin aku lihat dan melakukan apa yang ingin aku lakukan, termasuk keberadaanku di sini yang tanpa ijin orang tuaku, bukan ijin tapi memang mereka tidak tau, haha, durhaka mungkin, tapi inilah bagaimana caraku untuk menyentuh kebebasan itu. Bukan waktunya memang, tapi,,, masa muda… hahaha *jitak*

Terbayar sudah peluh semalam. Pilu itu sudah aku lupakan, untuk sementara. Lucu juga mengingat bagaimana aku tidur semalam, hanya beralas kursi rotan dengan kulit menyentuh udara bebas di tepian pantai, tas beralih fungsi menjadi penyangga kepala. Tak bisa kubayangkan seandainya orang tuaku tau, entah apa jadinya diriku sekarang. Tapi nikmatilah masa mudamu nak, itu salah satu suara berontak dalam jiwa. Wajar atau tidak sepertinya bukan hal yang harus dipikirkan sehari semalam.

Tiga puluh tiga kilometer itu sudah aku lalui, ya, dengan segala pengorbanan memang. Tidak mudah mengayuh sepedamu hingga membawamu ke tempat ini, tempat sekarang aku berpijak, di atas ribuan butir kilau pasir.
Sama seperti perjalanan kita hingga sampai di tempat ini, tempat sekarang kita berpijak, di atas ribuan cerita dan canda tawa. Jika kau ingat, kita harus melewati jalan berbukit itu untuk sampai di sini. Tak peduli seberapa sering aku mengeluh, seberapa sering aku ingin berhenti, seberapa sering aku ingin kembali. Kau tetap pada pendirianmu untuk meyakinkanku bahwa aku akan menemukan diriku yang lain di sana. Menemukan senyum setelah tangis.
Kurasa kau benar, tak ada sesal setelah aku melewati tiga puluh tiga kilometer itu. Bahkan aku tidak hanya menemukan senyum itu, tapi senyummu juga :)

Hariku Bersamanya, Parangtritis 121111


12 November 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar