Rabu, 19 April 2017

Kemah Manja A La Tanakita

Gaya Random yang Sedikit Menyedihkan

*Bersihin ramat*
*Ngusir gelandangan*
Yak! Berdebu sekali ya blog ini. Sebenernya banyak perjalanan yang belum tertuang dalam tulisan, tapi udah keburu lupa karena udah kelamaan, fiyuuuh.
Jadi gue mengurungkan niat buat nyari-nyari berkas di otak buat dijadikan bukti otentik haha, jadilah sekarang gue mau cerita perjalanan paling anyar saja, yaituuu... Kemah manja a la Tanakita :D

Bulan Februari lalu udah niat mau ke sana, tapi harus rela gigit jari karena full booked! Ngajak sana sini buat berangkat bulan depan, pada nggak mau (sedih emang). Daaaan akhirnya manusia-manusia di muka bumi yang mau menerima tawaran gue adalaaah... Nesa dan Icha, kebetulan orang-orang ini lagi jenuh dengan kehidupan penuh peluh yang sedang mereka jalani, makanya mereka nerima tawaran untuk lari dari kenyataan, sejenak. Sebenernya sangat kurang lengkap tanpa kehadiran orang keempat, Fida. Bujuk rayu maut kami pun tak sanggup mematahkan pendiriannya. Jadi dengan terpaksa kami pun pergi bertiga saja.

Skip skip.
Setelah reservasi, pembayaran DP, dan pembelian tiket kereta dari jauh-jauh hari, akhirnya hari keberangkatan pun tiba. Kami janjian di Stasiun Tangerang jam setengah 10 pagi. Icha udah sampe rumah gue dari jam 9 pagi, dan gue baru selesai mandi hahaha (maap ya Icha).

Kami berangkat naik kereta Pangrango rute Bogor-Sukabumi jam 13.40. Sebenernya pengen banget berangkat yang jam 08.00 tapi apalah daya Tangerang-Bogor itu lumayan jauh, daripada gambling mending cari aman hehe.

Jam 10 pagi gue dan Icha udah nyampe stasiun Tangerang, tapi kami sama sekali nggak merasakan tanda-tanda kehadiran Nesa. Ternyata eh ternyata si Nesa baru berangkat dari rumah (doi baru pulang kerja jam 9 pagi), naik angkot pula karena hujan tapi kemudian beralih ke ojek online setelah dikomporin.

Karena agak deg-deg-an nungguin si Nesa nggak nyampe-nyampe, jadilah gue ke Bogor duluan buat cetak tiket. Nesa dan Icha baru berangkat dari stasiun Tangerang setengah jam setelah gue berangkat. Gue sampe di stasiun Bogor jam 12.17, sempet bingung stasiun Paledang ada di sebelah mana  (stasiun keberangkatan kereta Pangrango beda sama stasiun KRL), dengan bermodalkan tanya-tanya, sampailah gue di stasiun yang dimaksud jam 12.30.

Di sela-sela gue nunggu kedatangan Icha dan Nesa, ada beberapa mas-mas tatoan pake tas gunung beli tiket di loket, dan seperti yang sudah diduga tiket sudah habis terjual. Yang gue pikirin adalah, ini orang nggak pernah naik kereta apa yak nekat amat beli tiket di hari H -_- kemudian mereka kebingungan.

Pesan dari gue: buat yang belom pernah naik kereta, pesanlah tiket kereta dari jauh-jauh hari sebelum hari keberangkatan lewat situs resmi KAI, situs-situs cem Traveloka, Tiket.com dan kawan-kawannya, atau lewat si mesra Indomaret dan Alfamart. Dan jangan lupa beli tiket sekalian buat pulangnya.

Akhirnya Icha dan Nesa tiba di Paledang jam 1an dengan tahu goreng dan basreng.


Pangrango Kelas Ekonomi Biar Bisa Duduk Bertiga (Klasik! Padahal Biar Irit :D)

Skip skip..

Sampailah kami di stasiun Cisaat jam setengah 4an dengan disambut hujan yang lumayan deras. Nggak lama kami sampai, angkot yang sudah kami pesan datang untuk menjemput. Kita cukup minta ke Pak Dadang (Pak Dadang akan menghubungi kita setelah pengurusan DP selesai) untuk disediakan angkot, nanti kita dikasih kontak driver-nya.

Angkot Pengantar Jemput, Isinya Cuma Kami Bertiga (Bisa Guling-guling Cantik Dalem Angkot)

Kami tiba di Tanakita jam 4an (yaaaaay, akhirnya setelah perjalanan yang cukup panjang yang bikin lapar), hujan masih lumayan deras untungnya tiba-tiba ada yang dateng bawain payung, dia adalah guide kami selama di Tanakita, Aa Asep.

Setibanya di sana, kami langsung disambut oleh Pak Dadang dan tahu goreng yang endes banget didampingi teh hangat buatan sendiri. Hujan, kabut, tahu goreng, teh hangat, sahabat, aaah Nikmat mana lagi yang kamu dustakan?

Kenapa Gue Doang yang Pegang Makanan? Pembunuhan Karakter!

Setelah cukup malu gara-gara ngabisin banyak tahu goreng, kami diantar Aa Asep ke tenda kami (kita nggak perlu repot-repot ngediriin tenda sendiri karena tenda sudah berdiri dengan kokoh dengan kasur di dalamnya + sleeping bag). By the way pas kita sampe tenda, tanpa rasa dosa si Icha bilang "Ooh tendanya udah didiriin ya? Gua kira diriin sendiri." Menurut EL? -_-
Karena kondisi yang masih hujan, sore ini kami pun nggak bisa kemana-mana selain leyeh-leyeh di tenda. Setelah mandi sore pake air hangat (iya, kamar mandinya ada air hangatnya pake shower dan bersih banget, bawahnya ada batu-batu gitu, kalo kita injek kayak bunyi orang main kelereng, kurang manja apalagi coba haha) dan beres-beres, kami dikabari kalau makan malam sudah siap.

Nggak Lupa Foto di Toilet

Di Tanakita, makan besar disediakan prasmanan, jadi cocok sih buat Nesa sama Icha yang porsi makannya nggak bisa diterima nalar hahaha. Makan malam kali ini diiringi live music dari Akang-akang multitalent yang ada di Tanakita. Setelah kami cukup jinak karena kenyang, kami diajak berburu kunang-kunang dan jamur 'glow in the dark'. Sebelum mulai tracking, kami disarankan pake sepatu karena jalanannya yang cukup licin. Oh iya kita juga udah diingetin buat bawa lampu senter karena nggak ada penerangan selama perjalanan nanti, gue mikirnya sih ada hp, jadi nggak perlu bawa lampu senter lagi, eh taunya batre hp habis dan baru sempet nge-charge sebentar (jadi di dalem tenda juga disediain stop kontak atau bahasa gaulnya colokan, kemah jadi terasa jauh lebih mudah haha), jadilah kami satu lampu senter dari hp nya Nesa buat bertiga, jalan dempet-dempetan udah kayak upil yang nggak mau lepas dari jari (oke, analoginya nggak banget sih ini).

Selama 24 tahun hidup, Icha ternyata belum pernah lihat yang namanya Kunang-kunang. Kalo Isna kecil sih udah sering ketemu Kunang-kunang waktu di kampung. Jadi cuma Icha yang serius banget nyari mereka berterbangan di sela-sela pohon, sementara Nesa dan gue mencoba untuk nggak baper karena ngetawain sepasang kekasih yang sedang bercumbu di tengah kegelapan wkwkwkwk.

Setelah penasaran Icha terhadap Kunang-kunang terobati, kami kembali ke Camp untuk menikmati api unggun, jagung bakar dan bandrek dengan diringi live music dari Akang-akang Tanakita (lagi). Semakin malam udara semakin dingin, dan kayaknya gue udah ngabisin 5 gelas bandrek, mungkin sampe akangnya bosen ngambilin buat gue :v

Karena daritadi gue cuma ngambilin bandrek, Aa nya nawarin jagung bakar, gue bilang nggak bisa makan gegara gigi dibehel, dengan sangat santun Aa nya nawarin mau disesetin apa nggak (sementara si Icha sama Nesa nawarin mau dipretelin nggak pake gigi mereka - kan kampret), seketika itu juga hati gue terenyuh dan jadi nggak ngerasa jomblo (kemudian digetok patjar) wkwkwkwk.

Peserta lain udah kembali ke tenda masing-masing, sementara gue sama sekali belum ngantuk. Tapi Icha udah ngerengek minta ke tenda karena udah masuk jam tidurnya. Mengingat Nesa yang juga belum tidur setelah kerja semaleman, dan akang-akang yang mungkin semakin lelah menemani kami, akhirnya kami menuju tenda buat tidur.

Di tenda kami nggak langsung tidur, ngobrol ngalor ngidul sambil menyesali ketidakhadiran Fida di tengah-tengah kami saat ini. Udah jam 12 malem, Nesa dan Icha udah mulai mencoba tidur, tapi tiba-tiba berasa goyangan yang cukup teratur, gue pikir Icha atau Nesa iseng goyang-goyangin kasur sama tenda, tapi setelah semakin dirasakan, ternyata gempa. Dengan masih shock gue buru-buru keluar tenda dengan sendal yang beda sebelah, karena posisi  tenda kami di pinggir jurang kami takut tiba-tiba longsor, padahal ini mah cuma imajinasi liar kita aja sih :v

Pas keluar, selain kami bertiga, cuma ada satu orang yang keluar juga gegara gempa. Ternyata akang-akang sudah memantau dari atas (tempat api unggun), kami pun naik ke atas buat minum teh kalau-kalau terjadi gempa susulan, akang-akang yang belum tidur mencoba membuat kami tidak panik. Sekitar setengah jam kami kembali ke tenda dan tidur dengan dempet-dempetan ke sisi yang menjauh dari jurang (lebay sih ini hehe).

Keesokan harinya kami sudah siap jam setengah 6 (walaupun belom mandi tapi kami udah tampil wangi dan kece) karena Aa Asep bilang kita akan tracking ke danau mulai jam setengah 6 pagi. Ternyata jam 6 pun Aa nya masih sibuk ngurusin sarapan, maka jadilah kami menikmati subuh sembari foto-foto.


No Caption :p


Nggak Mau Keliatan Muka, Takut Ngerusak


 Harusnya Kanan Gue Fida :(


Kenikamatan Burjo Ini Meningkat Berkali-kali Lipat


Setelah makan bubur kacang hijau barulah kami diajak tracking ke danau Situ Gunung. Kebetulan di danau sepi, suasananya adem, sunyi, tenang, (sama kayak pribadi gue :p) cocok buat orang yang mau melarikan diri dari hiruk pikuk kehidupan kota.

Pagi Itu di Sebuah Danau


Bertapa, Lagunya Sheila on 7 (Itu Betapa woy!)


 Icha Mana Icha?!!!


Adek Lelah Nunggu Dipinang Abang :( (Tapi Kok Mukanya Mesem-mesem)


Akhirnya Kami Labuhkan Perahu Kami di Hati Kamu, Iya Kamu....


Perjalanan Pulang

Sesampainya kami di camp, Nasi Kuning prasmanan sudah menanti buat kami santap. Pokoknya nggak ada kata kelaparan deh di sini, karena makanan ada terus, mulai dari makan utama sampe snack. Contohnya kayak pancake yang bisa kita buat sendiri.

Walaupun Bentuknya Nggak Karuan Kayak Hati Kamu Pas Diputusin Patjar, Tapi Rasanya Enak
(Yaiyalah, adonannya kan udah dibuatin sama Aa nya -_- )

Harusnya jam 09.00 kami udah mulai river tubing, tapi karena nungguin peserta lain, jam setengah 11 atau jam 11-an barulah kita berangkat. Selagi nungguin river tubing, kami main flying fox dulu (ini udah include paket penginapan). Dan juga memanfaatkan spot-spot Tanakita yang instagramable banget!

Bluuuur, Padahal Gayanya Udah Kece Badai


Jump jump jump,Enggak Ding

Tenda Tempat Kami Bertahan Hidup di Alam Liar :v


Padahal Kalo Nggak Ada Guenya Kayaknya Lebih Bagus, Hmmm...


Flying Fox, Minta Nambah Tapi Nggak Mau Mbayar, Anaknya Siapa Nih?!


Kami Tim Biru Siap Menaklukan Derasnya Arus Sungai!


Hidup Itu Dibawa Ngalir Aja, Nggak Usah Kaku Kayak Kanebo Kering


River tubing-nya seru! Gue jatuh 3 atau 4 kali gue lupa, dengkul pada biru tapi nggak akan kapok kalo ada kesempatan buat ikut lagi. Tenang, barang-barang berharga kami dibawain sama Kang Duduh dan Aa Asep yang bersahaja.  Oh iya selama river tubing sangat disaran untuk memakai sepatu, karena medan yang berbatu sangat berbahaya buat kulit yang terbuka.

Airnya dingin, pake banget. Bibir gue mulai membiru, mungkin orang lain yang liat berpikir kalau gue udah mau mati. Sebenernya gue nggak apa-apa sih, badan gue emang gampang biru kalo kena dingin, jangankan kena air gunung, abis mandi pagi aja biru di badan gue nggak kekontrol haha.

Di tengah perjalanan, kami istirahat dan Aa Asep sudah siap menyambut kami dengan segelas teh hangat. Sesampainya di finish, udah tersedia gorengan hangat dan minuman hangat (bener-bener manja), setelah selesai menghangatkan diri kami pulang ke camp dengan naik angkot karena nggak memungkinkan juga kalau kami maksa tracking ke air terjun.

Kapan Lagi Nge-teh Sambil Nyelup di Sungai?


Finish!! Akhirnya Kita Bertiga Ada Foto Sama Aa Asep (Walaupun Cuma Sama Jarinya) Haha

Setelah makan siang, kami mulai siap-siap buat pulang. Ah rasanya berat banget buat ninggalin tempat ini, rasanya pengen perpanjang sehari lagi, tapi apalah daya kami memang harus kembali ke dunia nyata haha. Angkot kami datang dan kami pun pulang menuju stasiun Cisaat. Di sepanjang perjalanan ke stasiun Icha dan Nesa tidur dengan pulasnya, dan gue seperti biasa, susah buat tidur di kendaraan.

Foto Terkahir Sebelum Pulang


Kesan dari gue:
Liburan kemah manja di Tanakita itu seru, fasilitas oke, staff ramah dan sangat membantu, makanannya enak, suasananya asik, toiletnya bersih dan nyaman, pokoknya dengan biaya yang dikeluarkan worth it lah. Buktinya kalo ada kesempatan pengen banget liburan lagi di sana, karena belum sempet explore semua tempat kayak air terjun, hutan pinus, dan rumah merah.

Tambahan:
Pas udah di rumah baru sadar kalau belum bayar angkot pas pulang dari river tubing, soalnya kata atasan gue yang pernah ke sana, angkot itu nggak gratis. Karena kepikiran terus akhirnya gue menghubungi Pak Dadang buat mengonfirmasi hal tersebut, tapi ternyata kata Pak Dadang sudah dibayar oleh pihak Tanakita, gue sih curiga tip Aa nya dipake buat bayar angkot kita wkwkwkwk, maaf ya Pak Dadang, bener dah lupa banget hehehe

Atas segala kebesaran hati penulis memohon maaf yang sebesarnya jika ada kata yang kurang berkenan di hati pembaca :)



Biaya yang dikeluarkan:

Paket Menginap di Tanakita                        Rp 550.000/orang/malam
Kereta Ekonomi (pp) promo Traveloka       Rp 38.000/orang
Angkot St. Cisaat -Tanakita (pp)                  Rp 200.000/mobil
River Tubing                                                Rp 150.000/orang

Reservasi ke tanakita.pemesanan@gmail.com